15/12/14

Mengapa Islam Diawali Di Makkah?

Menarik ketika timbul pertanyaan, mengapa seruan Islam pada awalnya dimulai dari Makkah? Mengapa tidak di Indonesia, negeri dengan segudang kekayaan, tongkat kayu dilempar jadi tanaman dan segudang potensi alam lainnya. Mengapa tidak di Malaysia? Brunei Darussalam? Singapura? Dan sebagainya. Apa kelebihan Makkah yang panas, gersang, dikelilingi padang pasir yang menyiksa setiap mata?
Kalaulah mau kembali membuka sejarah, secara geografis letak Makkah sangat strategis. Pada abad ke-5 dan ke-6 Masehi, yaitu pada awal seruan Islam, Makkah terletak sebagai titik pemisah antara dua kekuatan super power dunia saat itu. Sebagai pemisah sekaligus penghubung antara Barat dan Timur. Di sinilah para pedagang dan para seniman menawarkan dagangan dan karyanya, ataupun hanya sekedar beristirahat melepas lelah sembari menikmati kesegaran air zam-zam. Sebagai titik pemisah dan penghubung tentu sangat tepat jika seruan penyebaran pesan Ilahi dimulai dari Makkah.
Posisinya demikian penting. Namun, tidak ada keinginan dari Romawi atau Persia sebagai super power untuk menguasainya. Hal ini tentu beralasan karena hampir seluruh kawasan Timur Tengah hanya sebatas gurun pasir yang panas nan gersang. Teknologi saat itu belum menjangkau kekayaan minyak di dasarnya. Apa yang dapat diambil dari padang pasir? Inilah yang menyebabkan daerah Makkah dan sekitarnya tidak diminati oleh dua kerajaan tersebut. Ini pula yang memberikan kebebasan kepada para penduduknya, tanpa ada yang mendikte atau bahkan menindas sekehendak hati.
Jika pesan yang akan disampaikan ingin didengar dan mampu menyebar ke seluruh penjuru manusia,  tentu tempat yang akan dipilih adalah titik pusat dari dunia. Demikian Makkah adalah titik sentral antara Romawi dan Persia. Kedua, orang yang menyampaikan pesan haruslah orang yang terpercaya, jujur, baik tingkah lakunya. Masyarakat Makkah khususnya bangsa Quraisy saat itu didominasi oleh dua keluarga besar; keluarga Umayah dan keluarga Hasyim. Keluarga Hasyim terkenal gagah, budiman, dan sangat beragama. Sementara keluarga Umayah adalah politikus yang pandai melakukan tipu daya, pekerja yang ambisius, dan tidak gagah. (M. Quraish Shihab, Lentera Alquran: Kisah dan Hikmah Kehidupan, Bandung: Mizan, 2013. Hal. 42-43) Maka, dari keluarga Hasyimlah yang paling cocok untuk membawa pesan, dialah Muhammad bin Abdillah. Bukan saja gagah, simpatik, dan berwibawa, tapi juga karena budi pekertinya yang luhur. Hal ini terbukti ketika para pembesar Quraisy mempercayainya sebagai hakim dalam peletakan hajar aswad, juga kepercayaan masyarakat Makkah yang menitipkan barang-barang berharganya kepada Muhammad, sebelum diangkat menjadi Rasul.
Ketiga, dalam menyampaikan pesan, hindari lingkungan yang berpotensi dapat mempersulit proses penyampaiannya. Jika seandainya dakwah Islam dimulai dari Romawi atau Persia, tentu hal ini akan menambah tingkat kesulitan dalam berdakwah. Sebab, kedua kerajaan ini selain telah memiliki kepercayaan sendiri, juga ada pemerintahan yang mengontrol dan mengawasi rakyatnya, tidak ada kebebasan beragama di dalamnya. Makkah, masyarakatnya bebas berkeyakinan, bebas beragama, tidak ada satu pusat pemerintahan yang mengatur dan mengawasi. Maka Makkah adalah tempat yang tepat untuk menyeru dakwah Islam.

Demikian setidaknya dapat memberikan alasan yang lebih logis, daripada hanya sebatas pernyataan bahwa karena masyarakat Arab dikungkung oleh kungkungan kemusyrikan, maka Islam dimulai di Makkah.

0 komentar: