11/06/14

Amtsalul Quran (Perumpamaan Dalam Quran)

Oleh: Ahmad Putra Dwitama
Al-Qur'an sebagai kitab suci terakhir bagi umat Islam, mengandung ajaran-ajaran serta petunjuk-petunjuk yang membutuhkan kemampuan khusus untuk dapat menginterpretasi dan memahami makna "tersembunyi"  yang terkandung di dalamnya. Bertahun-tahun, para ulama mufassir memberikan tata cara atau metode dalam menafsirkan al-Qur'an yang benar.
Dalam menafsirkan al-Qur'an, tentu tak sembarang orang dapat melakukannya.Perlu kemampuan khusus dan pemahaman mendalam terhadap beberapa disiplin ilmu yang berkaitan dengan penafsiran al-Qur'an. Ulumul Qur'an, sebagai salah satu disiplin ilmu yang diperlukan dalam menginterpretasikan al-Qur'an menjadi syarat mutlak untuk dikuasai oleh para calon mufassir.
Dalam makalah ini, penyusun mencoba menerangkan salah satu bab pembahasan dalam ilmu Ulumul Qur'an. Yaitu, Amtsalul Qur'an.

PEMBAHASAN

1.      Pengertian Amtsal Qur’an
Amtsal adalah bentuk jamak dari matsal. Kata matsal sama dengan syabah, baik lafaz maupun maknanya.
Menurut bahasa, arti makna amtsal itu di antaranya:[1]
a.       Bisa berarti perumpamaan, gambaran atau peserupaan. Dalam bahasa Arabnya:مثل
b.      ãBisa juga berarti sifat atau keadaan atau tingkah laku yang mengherankan. Contohnya, seperti dalam surat Muhammad ayat 15:
Artinya: “Apakah perumpamaan (penghuni) surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertaqwa yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air susu yang tiada berubah rasanya, sungai-sungai dari khamar (arak) yang lezat rasanya bagi peminumnya dan sungai-sungai dari madu yang disaring.”
Ayat di atasbisa diartikan perumpamaan surga atau gambaran sifat atau keadaan surga yang sangat mengherankan.
Imam Zarkasyi[2] dalam tafsir al-Kasysyaf juga memberikan arti kata matsal dengan arti menyerupakan sifat dan kisah tetapi ulama ilmu ahli bayan menambahkan arti kata keempat terhadap lafal matsal, yaitu diartikan dengan majazi murakkab.
Menurut istilah (terminologi ), para ulama’ memberikan bebrapa macam definisi Amtsal Qur’an antara lain sebagai berikut :
a.       Ulama’ ilmu ahli adab mendefinisikan Al-Amtsal, sebagai berikut :

والمثل فى الادب قول محكى سا ئر يقصد به تشبيه حا ل الذى حكى فيه بحا ل الذى قيل لا جله

Artinya :“Amtsal dalam ilmu adab ialah ucapan yang banyak disebutkan yang telah biasa di katakan orang yang di maksudkan untuk menyamakan keadaan sesuatu yang di ceritakan dengan keadaan sesuatu yang akan dituju.”
Maksudnya, Amtsal itu ialah, menyamakan hal yang akan diceritakan dengan asal ceritanya (asl muasal), Contohnya seperti  رب رمية من غير رام     ( banyak panahan yang tidak ada pemanahnya ). Maksudnya, banyak musibah yang terjadi dari orang yang salah langkah. Orang yang pertama menceritakan ungkapan tadi ialah Al-Hakim bin Yaguts An-Naqary, yang menggambarkan orang yang bersalah itu kadang-kadan menderita musibah. Karena itu, maka haruslah ada persamaan antara arti yang diserupakan itu dengan asal ceritanya, yakni bahwa banyak kejadian/musibah yang terjadi tanpa sengaja.
b.      Istilah ulama’ Ahli Bayan mendefinisikan al-amtsal, sebagai berikut:

 هو المجا ز المركب الذى تكون علقته المشا بهة المثل

Artinya: “Perumpamaan ialah bentuk majas murakkab yang kaitannya/konteksnya ialah persamaan.”
Maksudnya, amtsal ialah ungkapankiasan yang majemuk, di mana kaitan antara yang disamakan dengan asalnya adalah karena adanya persamaan atau keserupaan.

2.      Rukun-rukun Amtsalul Qur’an

Di dalam matsal seperti halnya di dalam tasbih, haruslah terkumpul empat unsur sebagai berikut:[3]
a.       Harus ada yang diserupakan (al-musyabbah), yaitu sesuatu yang akan diceritakan.
b.      Harus ada asal cerita (al-musyabbah bih), yaitu sesuatu yang dijadikan tempat menyamakan.
c.       Harus ada segi persamaannya (wajhul musyabbah), yaitu arah persamaan antara kedua hal yang disamakan tersebut.

3.      Macam-Macam Amtsal Qur’an
Amtsal Qur’an itu ada tiga masam:[4]
a.                        Amtsal musarrahah ialah yang didalamnya di jelaskan dengan lafadz masal atau sesuatu yang menunjukkan tasybih. Amtsal yang seperti ini banyak di temukan dalam Al-qur’an dan berikut ini beberapa contohnya:
Contohnya seperti berikut ini, Dalam surat AL-Baqarah ayat 17-20
Artinya: ”Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi sekelilingnya, Allah menghilangkan cahaya mereka dan membiyarkan mereka dalam kegelapan tidak dapat melihat. Mereka tuli, bisu dan buta maka tidaklah mereka akan kembali (kejalan yang lurus). Atau seperti orang yang di timpa hujan lebat dari langit dan disertai gelap gulita, mereka menyumbat anak telinga mereka dengan anak jarinya, karena (mendengar suara petir) sebab takut akan mati. Dan Allah meliputi orang-orang kafir.Hampir-hampir kilat itu menyambar pengelihatan mereka setiap kali kilat itu menyinari mereka, maka mereka berjalan di bawah sinar itu.Dan bila gelap menimpa mereka, maka mereka berhentilah.Jika Allah menghendaki, niscaya Diamelenyapkan pengelihatan dan pendengaran mereka.Sesungguhnya Allah maha kuas atas segala sesuatu.”
 Dalamayat tersebut, Allah mengumpamakan orang-orang munafiq dengan dua perimpamaan, yaitu diserupakan dengan api yang menyala (  كمثل الذي استو قد نا را   ) dan dengan air (  او كصيب من السما ء  ) yang didalamnya ada unsur kehidupan. Begiti pula Al-Qur’an diturunkan, pertama untuk menyinari hati dan kedua menghidupkannya. Allah menyebutkan keadaan orang munafiq juga di dalam dua hal, mereka di umpamakan menghidupkan api untuk menyinari dan memanfaatlannya agar dapat berjalan dengan sinar api tadi. Tetapi sayang mereka tidak bisa memanfaatka api itu, karena Allah telah menghilangkan cahayanya, sehingga masih tinggal panasnya saja yang akan membakar badan mereka, sebagaimana mereka tidak menghiraukan seruan Al-Qur’an, Dan hanya berpura-pura membacanya saja.
Begitu pula dalam perumpamaan kedua, dimana mereka diserupakan denga air hujan yang turun dari langit, di sertai dengan kegelapan petir dan killat sehingga sehingga mereka menutup telinga dan memejamkan mata karena takut mati di sambar petir.Hal inipun relevan dengan keadaan mereka yang mengabaikan Al-Qur’an dan tidak menjalankan perintah-perintah-Nya yang mestinya bisa menyelamatkan, tetapi karena tidak di indahkan maka justru membahayakan mereka.
b.                       Amtsal Kaminah, ialah yang di dalamnya tiidak di sebutkan dengan jelas lafadz tamtsil)pemisalan) tetapi ia menunjukkan makna-makna yang indah, menarik dalam kepadatan redaksinya dan mempunyai pengaruh tersendiri bila di pindahkan kepada yang serupa dengannya. Untuk masal ini mereka mengajukan beberapa contoh, di antaranya:

والذين اذا انفقوا لم يسرفوا ولم يقتر وا و كان بين ذلك قوا ما  ( الفرقان )

Artinya: “Dan apabila Orang-orang yang apabila membelanjakan harta mereka tidak berlebih-lebihan dan tidak kikir, tetapi di tengah-tengah antara yang demikian.”

ولا تجعل يدك مغلولة الى عنقك ولا تبسطها كل البسط فتقعد ملوما محسو را (  الآ سر اء  )

Artinya: “Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu (pada lehermu dan sebaliknya) janganlah kamu terlalu mengulurkan nya agar kamu tidak menjadi tercela dan menyesal.”
c.                        Amtsal Mursalah, yaitu kalimat-kalimat bebas yang tidak menggunakan lafadz tasybih dengan jelas. Tetapi kalimat itu berlaku sebagai masal.
Berikut Contoh-contohnya :
ليس لها من دون الله كا شفة (  النجم  )

Artinya: “Tidak ada yang menyatakan terjadinya hari itu selain Allah.”
قل كل يعمل على شا كلته (  الآسراء  )
Artinya: “Katakanlah, tiap-tiap orang berbuat menurut keadaanya masing-masing.”

4.      Faedah-faedah Amtsal
a.                        Menyingkapkan hakikat-hakikat dan mengemukakan sesuatu yang tidak tampak seakan-akan sesuatu yang tampak. Misalnya:[5]
 “Mereka yang mengambil riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran tekanan penyakit gila.”(al-baqarah [2}:275).
b.                       Menghindarkan orang dari perbuatan tercela yang di jadikan perumpamaan dalam Al-Qur’an, setelah di fahami dalam kejelekan perbuatan tersebut. Contohnya surat Al-Hujurat ayat 12, yang bisa menghindarkan orang dari menggunjing orang lain :
Artinya: “Dan janganlah sebagian kalian menggunjina sebagian yang lain. Suskakah kalian di antara kalian memakan daging saudaranya yang sudah mati?Maka tentulah kalian merasa jijik kepadanya.”
c.                        Matsal Qur’an dapat mengumpulkan makna indah yang menarik dalam ungkapan yang singkat padat, sepertinya halnya dalam Amtsalul Kaminah, Amtsalul Kaminah dan lain sebagainya. Contohnya seperti dalam ayat 53 surat Al-Mu’minun:
Artinya: “Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada sisi mereka ( masing-masing ).”
d.                       Untuk memuji orang yang di beri masal. Seperti Firman-Nya tentang para Sahabat:
 “Demikiannlah perumpamaan ( masal ) mereka dalam taurat dan perumpamaan (masal) mereka dalam injil, yaiti seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah ia dan tegak di atas pokoknya. Tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya, karena Allah akan menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmim).”(al-Fath[48]: 29).
Demikian keadaan para sahabat.Pada mulanya mereka adalah golongan minoritas, kemidin tumbuh berkembang hingga keadaannya semakin kuat dan mengagumkan hati karena kebesaran mereka.
e.                        Mendorong orang giat beramal melakukan hal-hal yang di jadikan perumpamaan yang menarik didalam Al-Qur’an. Contohnya dalam ayat 261 surah al-Baqarah:
          Artinya: “Perumpamaan nafkah yang di keluarkan oleh orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, adalh serupa dengan sebutir benih yang menunjukkan tujuh butir, pada tiap-tiap butir seratus biji. Allah melipat gandakan ( bagi siapa yang ia kehendaki.”
KESIMPULAN
Masal ialah menonjolkan sesuatu makna yang abstrak dalam bentuk yang indrawi agar menjadi indah dan menarik.
Para tidak menyukai penggunaan ayat-ayat al-Quran sebagai masal, mereka tidak memandang perlu bahwa orang harus membacakan suatu ayat amsal dalam Kitabullah ketika ia menghadapi urusan duniawi. Ini dikarenakan demi menjaga keagungan al-Quran dan kedudukannya dalam jiwa orang-orang mukmin.
Amsal ada tiga macam:
a. Amsal Musarrahah, ialah Amsal yang didalammya dijelaskan dengan lafaz Masal atau sesuatu yang menunjukkan tasybih,
b. Amsal Kaminah, yaitu Amsal yang didalamnya tidak disebutkan dengan lafaz tamsil (pemisalan),
c. Amsal Mursalah, yaitu Kalimat-kalimat bebas yang tidak menggunakan lafaz tasybih secara jelas.



[1]Abdul jalal, ulumul qur’an, (Jakarta), dunia ilmu, hlm: 309
[2]Manna’ khalil al-kattan, studi ilmu-ilmu qur’an, (bogor), halim jaya, hlm:402
[3]Abdul jalal, ulumul qur’an, (Jakarta), dunia ilmu, hlm: 313
[4]Manna’ khalil al-kattan, studi ilmu-ilmu qur’an, (bogor), halim jaya, hlm:404
[5]Abdul jalal, ulumul qur’an, (Jakarta), dunia ilmu, hlm: 323

0 komentar: