25/12/12

Islam Liberal: Pemurtadan Berkedok Islam (1)


WAR OF THINGKING
Majelis Ulama Indonasia:

Paham Sekularisme, Pluralisme Agama dan Liberalisme, bertentangan dengan ajaran Islam dam umat islam haram mengikuti paham-paham tersebut. (fatwa Majlis Ulama Indonesia, 29 Juli 2005)
li·be·ral·is·me n 1 aliran ketatanegaraan dan ekonomi yg menghendaki demokrasi dan kebebasan pribadi untuk berusaha dan berniaga (pemerintah tidak boleh turut campur); 2 usaha perjuangan menuju kebebasan
se·ku·ler [1] /sékulér/ a bersifat duniawi atau kebendaan (bukan bersifat keagamaan atau kerohanian): kekuasaan --; pendidikan –
fe·mi·nis·me /féminisme/ n gerakan wanita yg menuntut persamaan hak sepenuhnya antara kaum wanita dan pria
plu·ra·lis·me n keadaan masyarakat yg majemuk (bersangkutan dng sistem sosial dan politiknya);
mo·der·nis·me /modérnisme/ a Kris gerakan yg bertujuan menafsirkan
kembali doktrin tradisional, menyesuaikannya dng aliran-aliran modern dl filsafat, sejarah, dan ilmu pengetahuan
mo·der·ni·sa·si /modérnisasi/ n proses pergeseran sikap dan mentalitas sbg warga masyarakat untuk dapat hidup sesuai dng tuntutan masa kini; pemodernan: penemuan listrik mempercepat -- dl kehidupan;
zi·on·is·me n gerakan (politik dsb) bangsa Yahudi yg ingin mendirikan negara sendiri yg merdeka dan berdaulat di Palestina
ma·son ark n anggota perhimpunan yg memperjuangkan persaudaraan serta kebebasan
he·do·nis·me /hédonisme/ n pandangan yg menganggap kesenangan dan kenikmatan materi sbg tujuan utama dl hidup
dis·kri·mi·na·si n pembedaan perlakuan thd sesama warga negara (berdasarkan warna kulit, golongan, suku, ekonomi, agama, dsb);
ma·te·ri·al·is·me /matérialisme/ n pandangan hidup yg men-cari dasar segala sesuatu yg termasuk kehidupan manusia di dl alam kebendaan semata-mata dng mengesampingkan segala sesuatu yg mengatasi alam indra

Akar sejarah liberalism

          TRAUMA BARAT TERHADAP HEGEMONI AGAMA DALAM SEGALA BIDANG KEHIDUPAN (he·ge·mo·ni /hégemoni/ n pengaruh kepemimpinan, dominasi, kekuasaan, dsb suatu negara atas negara lain (atau negara bagian).
          BARAT LAHIR KEMBALI: RENAISSANCE
          MENEGASKAN KEMANDIRIAN MANUSIA (HUMANISME/ANTHROPOSENTRISME (hu·ma·nis·me n 1 aliran yg bertujuan menghidupkan rasa perikemanusiaan dan mencita-citakan pergaulan hidup yg lebih baik; 2 paham yg menganggap manusia sbg objek studi terpenting; 3 aliran zaman Renaissance yg menjadikan sastra klasik (dl bahasa Latin dan Yunani) sbg dasar seluruh peradaban manusia; 4 kemanusiaan).

Sejarah Liberalisme di Indonesia

Cak Nur 1970

pembaruan harus dimulai dengan  dua tindakan yang saling erat hubungannya, yaitu melepaskan diri dari nilai-nilai tradisional dan mencari nilai-nilai yang berorientasi ke masa depan. Nostalgia, atau orientasi dan kerinduan pada masa lampau yang berlebihan, harus diganti dengan pandangan ke masa depan.
Untuk itu diperlukan suatu proses liberalisasi. Proses itu dikenakan terhadap “ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan Islam” yang ada sekarang ini...” (N. Madjid, “Keharusan Pembaruan Pemikiran Islam dan Masalah Integrasi Umat,” 3 Januari 1970).
“Sebagai sebuah pandangan keagamaan, pada dasarnya Islam bersifat inklusif dan merentangkan tafsirannya ke arah yang semakin pluralis. Sebagai contoh, filsafat perenial yang belakangan banyak dibicarakan dalam dialog antar agama di Indonesia merentangkan pandangan pluralis dengan mengatakan bahwa setiap agama sebenarnya merupakan ekspresi keimanan terhadap Tuhan yang sama. Ibarat roda, pusat roda itu adalah Tuhan, dan jari-jari itu adalah jalan dari berbagai Agama… Oleh karena itu ada istilah "Satu Tuhan Banyak Jalan".”  (Buku Tiga Agama Satu Tuhan,  Mizan, Bandung, 1999, hal. xix.)
- Di Indonesia kita mengenal organisasi2 dengan aspirasi2 pembaharuan seperti Muhammadiyah, al-Irsyad dan persis.  Tetapi sejarah mencatat pula dan harus kita akui dengan jujur bahwa mereka itu sekarang telah berhenti Sebagai pembaharu-pembaharu. Mengapa? Sebab mereka pada achirnya telah menjadi beku sendiri, karena mereka agaknya tidak sanggup menangkap semangat dari pada ide pembaharuan itu sendiri, yaitu dinamika dan progresivitas. Oleh karena itu diperlukan adanya suatu kelompok pembaharuan Islam baru yang liberal. (Nurcholish Madjid). 

Program Liberalisasi di Indonesia 

          (a) Pentingnya konstekstualisasi ijtihad.
          (b) Komitmen terhadap rasionalitas dan pembaruan.
          (c) Penerimaan terhadap pluralisme sosial dan pluralisme agama-agama
          (d) Pemisahan agama dari partai politik dan adanya posisi non-sektarian negara. (Dr. Greg Barton, Gagasan Islam Liberal di Indonesia, Paramadina, Jakarta, 1999):

Liberalisme sebagai musuh semua agama

Liberalisasi agama adalah suatu proses menempatkan agama kedalam proses dinamika sejarah. Artinya dalam pandangan liberalisasi agama, tidak ada satu agama pun yang selamat dari perubahan sejarah. Semua agama harus tunduk pada perubahan sejarah, pada dinamika sejarah. Jadi kalau liberalisasi agama diterapkan pada yahudi, maka yahudi harus tunduk pada perubahan sejarah, demikian Kristen, islam dsb. Oleh karena itu dalam pandangan liberalisasi agama ini tidak ada suatu hal yang dipandang tetap dalam agama, agama adalah bagian dari sejarah dan harus mengikuti sejarah, apa-apa yang tidak sesuai dengan nilai-nilai yang berkembang, harus diubah, meskipun oleh pemeluk agamanya itu dianggap sebagai sesuatu yang tetap, sesuatu yang tsawabit, itu tidak ada lagi, semua harus berubah. Karena sekarang dunia dikuasai oeh peradaban barat yang berfahamkan nilai-nilai sekuler dan liberal, maka otomatis semua agama dipaksa harus mengikuti nila-nilai tersebut. Nilai-nilai modern, nilai-nilai post modern. Meskipun nila tersebut tidak sesuai dengan pandangan agama. Tapi karena pandangan liberal terhadap agama, agama harus menyesuaikan, bukan nilai modern yang harus menyesuaikan dengan agama, agama yang harus berubah. Ini teori dari liberalisasi agama. Jadi kalau islam di liberalkan, maka islam di tempatkan dalam konteks sejarah dan agama islam dipaksa untuk mengikuti perubahan sejarah tersebut. Tidak ada hal-hal yang dipandang tetap lagi dalam islam. semua harus berubah kalau zaman berubah, kalau nilai itu berubah.
-abag 19 di Jerman, muncul garakan liberal Judaism. Dr Abraham Gaiger. 2005 melakukan perkawinan homoseksual di sinagognya.
-kristen. Jen Robinsen, seorang pastur homoseksual menikah dengan mark hendru. Selama 2000 tahun belum ada orang homo yang menjadi uskup. Kitab imamat pasal 20 ayat 13 mengutuk homoseksual.

Tanggapan agama-agama terhadap Liberalisasi:

- ‘Dominus Jesus’ (Dekrit Vatikan, 2000): Menolak paham Pluralisme Agama, juga menegaskan kembali bahwa Yesus Kristus adalah satu-satunya pengantara keselamatan Ilahi dan tidak ada orang yang bisa ke Bapa selain melalui Yesus. (Frans Magnis Suseno, Menjadi Saksi Kristus di Tengah Masyarakat Majemuk, (Jakarta, Penerbit Obor).
- Pdt. Dr. Stevri Lumintang (Protestan): ‘’...Theologia abu-abu (Pluralisme) yang kehadirannya seperti serigala berbulu domba, seolah-olah menawarkan teologi yang sempurna, karena itu teologi tersebut mempersalahkan semua rumusan Teologi Tradisional yang selama ini dianut dan sudah berakar dalam gereja. Namun sesungguhnya Pluralisme sedang menawarkan agama baru...’’ (Theologia Abu-abu, (Malang: Gandum Mas), hal. 18-19).
- Sikap Hindu: Bagavat Gita IV:11: “Jalan mana pun yang ditempuh manusia ke arah-Ku, semuanya Aku terima.”
Yang disebut “jalan” dalam Gita adalah empat yoga yaitu Karma Yoga, Jnana Yoga, Bhakti Yoga, dan Raja Yoga. Semua yoga ini ada dalam agama Hindu, dan tidak ada dalam agama lain. Agama Hindu menyediakan banyak jalan, bukan hanya satu – bagi pemeluknya, sesuai dengan kemampuan dan kecenderungannya. (Frank Gaetano Morales dkk, Semua Agama Tidak Sama, Media Hindu, 2006) hal. xxx.bersambung

0 komentar: