Seorang wanita datang mengadukan suaminya kepada Nabi Saw.: "Wahai
Rasul, suamiku, Shafwan, menghardik dan memukulku bila aku shalat, memaksaku
berbuka bila aku berpuasa (sunnah), dan dia tidak shalat subuh kecuali setelah
matahari terbit."
Mendengar kaluhan ini, Nabi Saw., menoleh dengan seluruh badannya
–begitulah cara Nabi menoleh- kepada suami si wanita itu sambil bertanya:
"Benarkah itu wahai Shafwan?"
"Benar, wahai Nabi," jawab Shafwan tulus, "tetapi aku
menghardik dan memukulnya karena (shalatnya panjang) ia membaca dua surah
(selain Al-Fatihah) setiap rakaatnya. Telah berkali-kali kutegur, tetapi ia
terus menolak. Benar, wahai Rasul, aku menyuruhnya berbuka ketika berpuasa
sunnah, sebab aku adalah seorang pemuda sehat yang seringkali tak mampu menahan
birahi. Juga benar bahwa aku memang tidak shalat subuh kecuali setelah matahari
(hampir) terbit. Sebab keluargaku telah terbiasa bangun lambat, sungguh sulit
bagiku bangun di waktu fajar."
Nabi Saw., membenarkan sikap Shafwan, sambil berpesan: "Shalat
subuhlah segera setelah engkau bangun!" kemudian beliau menoleh kepada
istri Shafwan dan berkata: "Persingkatlah shalatmu dan jangan berpuasa
sunnah kecuali atas perkenan suamimu."
Demikianlah Rasul memberikan pengajaran tentang bagaimana cara
berhubungan antara suami dan istri. Komunikasi dan saling memahami menjadi
pegangan utama menuju rumah tangga yang bahagia.
(M. Quraish Shihab, Lentera Alquran: Kisah dan Hikmah Kehidupan,
Bandung: Mizan, 2013)
0 komentar:
Posting Komentar