Ada suatu kisah yang menarik untuk diambil pelajaran, walaupun penulis
pribadi belum menemukan status periwayatan dan keshahihan hadisnya;
Ketika itu, Rasul sedang berkumpul bersama para sahabatnya, bercengkrama
ataupun mendengarkan nasehat dari Nabi. Di tengah suasana khidmatnya
perkumpulan, datang seorang wanita non-Islam yang membawa bingkisan berisi
beberapa buah delima. Wanita itupun memberikannya kepada Nabi.
Suatu kebiasaan bagi Rasul, ketika beliau diberi sesuatu berbentuk
makanan atau yang lainnya, beliau tak akan sungkan untuk berbagi kepada para
sahabatnya. Namun, untuk kali ini Rasul tidak melakukan kebiasaan itu.
Satu buah dimakan oleh Rasul, sunggingan senyum terlepas dari bibir
beliau. Dua buah habis, tiga, empat sampai akhirnya habis semua. Para sahabat
bertanya-tanya akan sikap Rasul hari itu. "Mengapa Rasul tidak membagikan
buah itu kepada kita?" Kira-kira demikian yang terbesit dalam hati para
sahabat.
Setelah Rasul memakan semua buah, wanita yang memberikan tadi akhirnya
pergi pulang. Setelah itu spontan para sahabat bertanya, mengapa Rasul tidak
membagi buah delima itu kepada mereka. Ternyata jawab Rasul, bahwa buah delima
yang telah habis dimakan tadi adalah buah delima paling pahit yang pernah
dirasakan Rasul.
Dan Rasul khawatir jika membagikannya kepada para sahabat maka akan ada
yang mengernyitkan muka karena rasa pahitnya, dan ditakutkan itu menyakiti
perasaan wanita tadi.
Begitulah akhlak Rasul, sangat menjaga perasaan orang lain. Sikap
menjaga perasaan ini juga nampak dalam hadis tentang niat yang mana Rasul tidak
menyebut nama sahabat yang berhijrah karena wanita pada saat itu.
Sedangkan wanita yang memberikan buah tadi, pulang dengan hati kecewa
karena merasa gagal untuk mempermainkan Rasul dan para sahabatnya. Niat ingin
mempermainkan digagalkan dengan sikap akhlak mulia seorang Rasul.
Begitulah akhlak, sehingga dalam kesempatan lain Rasul pernah berkata:
ان من اكمل المؤمنين ايمانا احسنهم خلقا والطفهم باهله (الترميذي)
"Sesungguhnya di antara
orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang paling baik akhlaknya dan
yang paling lemah-lembut terhadap keluarganya." (H.R. Tirmidzi)
0 komentar:
Posting Komentar