Dalam sebuah riwayat dikisahkan, dengan sedikit perubahan redaksi; di
sudut kota, ada seorang pengemis buta yang hidup di masa Rasul, disebutkan
bahwa dia adalah seorang Yahudi. Tiada pekerjaan yang dijalaninya sehari-hari
selain menengadahkan tangan, mengemis kepada para penduduk, dan saat ada orang
yang memberinya santunan, pekerjaan keduanya adalah mencela Nabi dan
menjelek-jelekannya kepada pemberi santunan.
"Wahai saudaraku, jangan dekati Muhammad. dia itu orang gila,
pembohong, tukang sihir. Apabila kalian mendekatinya maka kalian akan
dipengaruhinya!" Begitulah pekerjaan sehari-hari si pengemis, mengemis
sembari meneriakan cacian dan hinaan kepada Nabi. Bersamaan demikian, setiap
hari pasti ada orang yang datang memberinya suapan makanan.
Sampai pada saat dimana orang yang biasa menyuapinya makan tidak kunjung
tiba. Si pengemis pun bertanya-tanya apa yang terjadi dengan orang yang biasa
memberinya makan, kemana orang itu. Sampai suatu hari, ada orang yang datang dan
menyuapinya makan. Si pengemis menolak dan berkata: "Engkau bukan orang
yang biasa memberiku makan!" "Tidak, akulah yang biasa memberimu
makan." Jawabnya. "Tidak mungkin, engkau bohong! Sebab, apabila dia
datang kepadaku, tidak susah tangan ini memegang dan tidak susah mulut ini
mengunyah," jawab pengemis buta itu.
Mendengar jawaban si pengemis buta itu, pria tadi tidak dapat menahan
air matanya. Dia menangis sambil berkata: "Aku memang bukan orang yang
biasa datang kepadamu, aku adalah seorang dari sahabatnya, namaku Abu Bakar,
orang yang mulian yang biasa memberimu makan itu telah meninggal dunia. Dia
adalah Muhammad."
Pengemis buta itu terkejut, tubuhnya bergetar, tidak ada kata yang dapat
dia ucapkan, hanya air mata yang dapat mewakili perasaan dalam hatinya saat
itu. Dia tidak pernah menyangka, ternyata yang memberinya makan setiap hari
adalah orang yang dia caci setiap hari pula.
Demikian akhlak Nabi dalam menghadapi keburukan. Keburukan Beliau balas
dengan kebaikan dan kasih sayang;
ان من اكمل المؤمنين ايمانا احسنهم خلقا والطفهم باهله (الترميذي)
"Sesungguhnya di antara
orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang paling baik akhlaknya dan
yang paling lemah-lembut terhadap keluarganya." (H.R. Tirmidzi) 22/11/14
0 komentar:
Posting Komentar