Oleh: Ahmad
Putra Dwitama
Al-Qur'an sebagai kitab suci terakhir bagi umat
Islam, mengandung ajaran-ajaran serta petunjuk-petunjuk yang membutuhkan
kemampuan khusus untuk dapat menginterpretasi dan memahami makna
"tersembunyi" yang terkandung
di dalamnya. Bertahun-tahun, para ulama mufassir memberikan tata cara atau
metode dalam menafsirkan al-Qur'an yang benar.
Dalam menafsirkan al-Qur'an, tentu tak
sembarang orang dapat melakukannya.Perlu kemampuan khusus dan pemahaman
mendalam terhadap beberapa disiplin ilmu yang berkaitan dengan penafsiran
al-Qur'an. Ulumul Qur'an, sebagai salah satu disiplin ilmu yang diperlukan
dalam menginterpretasikan al-Qur'an menjadi syarat mutlak untuk dikuasai oleh
para calon mufassir.
Dalam makalah ini, penyusun mencoba menerangkan
salah satu bab pembahasan dalam ilmu Ulumul Qur'an. Yaitu, Amtsalul Qur'an.
PEMBAHASAN
1. Pengertian Amtsal Qur’an
Amtsal adalah bentuk jamak
dari matsal. Kata matsal sama dengan syabah, baik lafaz maupun maknanya.
Menurut bahasa, arti makna
amtsal itu di antaranya:[1]
a.
Bisa berarti perumpamaan, gambaran atau peserupaan. Dalam
bahasa Arabnya:مثل
b. ãBisa juga berarti sifat atau keadaan atau tingkah
laku yang mengherankan. Contohnya, seperti dalam surat
Muhammad ayat 15:
Artinya: “Apakah perumpamaan (penghuni) surga
yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertaqwa yang di dalamnya ada
sungai-sungai dari air susu yang tiada berubah rasanya, sungai-sungai dari
khamar (arak) yang lezat rasanya bagi peminumnya dan sungai-sungai dari madu
yang disaring.”
Ayat di atasbisa diartikan perumpamaan surga
atau gambaran sifat atau keadaan surga yang sangat mengherankan.
Imam Zarkasyi[2]
dalam tafsir al-Kasysyaf juga memberikan arti kata matsal dengan arti
menyerupakan sifat dan kisah tetapi ulama ilmu ahli bayan menambahkan arti kata
keempat terhadap lafal matsal, yaitu diartikan dengan majazi murakkab.
Menurut istilah (terminologi ), para ulama’
memberikan bebrapa macam definisi Amtsal Qur’an antara lain sebagai berikut :
a.
Ulama’ ilmu ahli adab mendefinisikan Al-Amtsal,
sebagai berikut :
والمثل فى الادب قول محكى سا ئر يقصد به تشبيه حا
ل الذى حكى فيه بحا ل الذى قيل لا جله
Artinya :“Amtsal dalam ilmu adab ialah
ucapan yang banyak disebutkan yang telah biasa di katakan orang yang di
maksudkan untuk menyamakan keadaan sesuatu yang di ceritakan dengan keadaan
sesuatu yang akan dituju.”
Maksudnya, Amtsal itu ialah, menyamakan hal
yang akan diceritakan dengan asal ceritanya (asl muasal), Contohnya
seperti رب رمية من غير رام ( banyak panahan yang tidak ada pemanahnya ).
Maksudnya, banyak musibah yang terjadi dari orang yang salah langkah. Orang
yang pertama menceritakan ungkapan tadi ialah Al-Hakim bin Yaguts An-Naqary,
yang menggambarkan orang yang bersalah itu kadang-kadan menderita musibah.
Karena itu, maka haruslah ada persamaan antara arti yang diserupakan itu dengan
asal ceritanya, yakni bahwa banyak kejadian/musibah yang terjadi tanpa sengaja.
b.
Istilah ulama’ Ahli Bayan mendefinisikan
al-amtsal, sebagai berikut:
هو المجا ز المركب
الذى تكون علقته المشا بهة المثل
Artinya: “Perumpamaan ialah bentuk majas
murakkab yang kaitannya/konteksnya ialah persamaan.”
Maksudnya, amtsal ialah ungkapankiasan yang
majemuk, di mana kaitan antara yang disamakan dengan asalnya adalah karena
adanya persamaan atau keserupaan.
2.
Rukun-rukun Amtsalul Qur’an
Di dalam matsal seperti halnya di dalam tasbih,
haruslah terkumpul empat unsur sebagai berikut:[3]
a. Harus
ada yang diserupakan (al-musyabbah), yaitu sesuatu yang akan diceritakan.
b. Harus
ada asal cerita (al-musyabbah bih), yaitu sesuatu yang dijadikan tempat
menyamakan.
c. Harus
ada segi persamaannya (wajhul musyabbah), yaitu arah persamaan antara kedua hal
yang disamakan tersebut.
3.
Macam-Macam Amtsal Qur’an
Amtsal
Qur’an itu ada tiga masam:[4]
a.
Amtsal musarrahah ialah yang didalamnya di
jelaskan dengan lafadz masal atau sesuatu yang menunjukkan tasybih. Amtsal yang
seperti ini banyak di temukan dalam Al-qur’an dan berikut ini beberapa
contohnya:
Contohnya seperti berikut ini, Dalam surat
AL-Baqarah ayat 17-20
Artinya: ”Perumpamaan mereka adalah seperti
orang yang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi sekelilingnya, Allah
menghilangkan cahaya mereka dan membiyarkan mereka dalam kegelapan tidak dapat
melihat. Mereka tuli, bisu dan buta maka tidaklah mereka akan kembali (kejalan
yang lurus). Atau seperti orang yang
di timpa hujan lebat dari langit dan disertai gelap gulita, mereka menyumbat
anak telinga mereka dengan anak jarinya, karena (mendengar suara petir) sebab
takut akan mati. Dan Allah meliputi orang-orang kafir.Hampir-hampir kilat itu
menyambar pengelihatan mereka setiap kali kilat itu menyinari mereka, maka
mereka berjalan di bawah sinar itu.Dan bila gelap menimpa mereka, maka mereka
berhentilah.Jika Allah menghendaki, niscaya Diamelenyapkan pengelihatan dan
pendengaran mereka.Sesungguhnya Allah maha kuas atas segala sesuatu.”
Dalamayat
tersebut, Allah mengumpamakan orang-orang munafiq dengan dua perimpamaan, yaitu
diserupakan dengan api yang menyala ( كمثل الذي استو قد نا را ) dan
dengan air ( او كصيب من السما ء ) yang
didalamnya ada unsur kehidupan. Begiti pula Al-Qur’an diturunkan, pertama untuk
menyinari hati dan kedua menghidupkannya. Allah menyebutkan keadaan orang
munafiq juga di dalam dua hal, mereka di umpamakan menghidupkan api untuk
menyinari dan memanfaatlannya agar dapat berjalan dengan sinar api tadi. Tetapi
sayang mereka tidak bisa memanfaatka api itu, karena Allah telah menghilangkan
cahayanya, sehingga masih tinggal panasnya saja yang akan membakar badan
mereka, sebagaimana mereka tidak menghiraukan seruan Al-Qur’an, Dan hanya berpura-pura membacanya saja.
Begitu pula dalam
perumpamaan kedua, dimana mereka diserupakan denga air hujan yang turun dari
langit, di sertai dengan kegelapan petir dan killat sehingga sehingga mereka
menutup telinga dan memejamkan mata karena takut mati di sambar petir.Hal
inipun relevan dengan keadaan mereka yang mengabaikan Al-Qur’an dan tidak
menjalankan perintah-perintah-Nya yang mestinya bisa menyelamatkan, tetapi
karena tidak di indahkan maka justru membahayakan mereka.
b.
Amtsal Kaminah, ialah yang di dalamnya tiidak di sebutkan
dengan jelas lafadz tamtsil)pemisalan) tetapi ia
menunjukkan makna-makna yang indah, menarik dalam kepadatan redaksinya dan
mempunyai pengaruh tersendiri bila di pindahkan kepada yang serupa dengannya. Untuk
masal ini mereka mengajukan beberapa contoh, di antaranya:
والذين اذا انفقوا لم يسرفوا ولم يقتر وا و كان
بين ذلك قوا ما (
الفرقان )
Artinya: “Dan apabila Orang-orang yang
apabila membelanjakan harta mereka tidak berlebih-lebihan dan tidak kikir,
tetapi di tengah-tengah antara yang demikian.”
ولا تجعل
يدك مغلولة الى عنقك ولا تبسطها كل البسط فتقعد ملوما محسو را ( الآ
سر اء )
Artinya: “Dan janganlah kamu jadikan
tanganmu terbelenggu (pada lehermu dan sebaliknya) janganlah kamu terlalu
mengulurkan nya agar kamu tidak menjadi tercela dan menyesal.”
c.
Amtsal Mursalah, yaitu kalimat-kalimat bebas
yang tidak menggunakan lafadz tasybih dengan jelas. Tetapi kalimat itu berlaku
sebagai masal.
Berikut Contoh-contohnya :
ليس لها من دون الله كا شفة ( النجم )
Artinya: “Tidak ada yang menyatakan
terjadinya hari itu selain Allah.”
قل كل يعمل على شا كلته ( الآسراء )
Artinya: “Katakanlah, tiap-tiap orang
berbuat menurut keadaanya masing-masing.”
4.
Faedah-faedah Amtsal
a.
Menyingkapkan hakikat-hakikat dan mengemukakan
sesuatu yang tidak tampak seakan-akan sesuatu yang tampak. Misalnya:[5]
“Mereka
yang mengambil riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang
kemasukan setan lantaran tekanan penyakit gila.”(al-baqarah
[2}:275).
b.
Menghindarkan orang dari perbuatan tercela yang
di jadikan perumpamaan dalam Al-Qur’an, setelah di fahami dalam kejelekan
perbuatan tersebut. Contohnya surat Al-Hujurat ayat 12, yang bisa menghindarkan
orang dari menggunjing orang lain :
Artinya: “Dan janganlah sebagian kalian
menggunjina sebagian yang lain. Suskakah kalian di antara kalian memakan daging
saudaranya yang sudah mati?Maka tentulah kalian merasa jijik kepadanya.”
c.
Matsal Qur’an dapat mengumpulkan makna indah
yang menarik dalam ungkapan yang singkat padat, sepertinya halnya dalam
Amtsalul Kaminah, Amtsalul Kaminah dan lain sebagainya. Contohnya seperti dalam
ayat 53 surat Al-Mu’minun:
Artinya: “Tiap-tiap golongan merasa bangga
dengan apa yang ada pada sisi mereka ( masing-masing ).”
d.
Untuk memuji orang yang di beri masal. Seperti
Firman-Nya tentang para Sahabat:
“Demikiannlah
perumpamaan ( masal ) mereka dalam taurat dan perumpamaan (masal) mereka dalam
injil, yaiti seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu
menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah ia dan tegak di atas
pokoknya. Tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya, karena Allah akan
menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmim).”(al-Fath[48]:
29).
Demikian keadaan para sahabat.Pada mulanya
mereka adalah golongan minoritas, kemidin tumbuh berkembang hingga keadaannya
semakin kuat dan mengagumkan hati karena kebesaran mereka.
e.
Mendorong orang giat beramal melakukan hal-hal
yang di jadikan perumpamaan yang menarik didalam Al-Qur’an. Contohnya dalam
ayat 261 surah al-Baqarah:
Artinya:
“Perumpamaan nafkah yang di keluarkan oleh orang-orang yang menafkahkan
hartanya di jalan Allah, adalh serupa dengan sebutir benih yang menunjukkan
tujuh butir, pada tiap-tiap butir seratus biji. Allah melipat gandakan ( bagi
siapa yang ia kehendaki.”
KESIMPULAN
Masal
ialah menonjolkan sesuatu makna yang abstrak dalam bentuk yang indrawi agar
menjadi indah dan menarik.
Para
tidak menyukai penggunaan ayat-ayat al-Quran sebagai masal, mereka tidak
memandang perlu bahwa orang harus membacakan suatu ayat amsal dalam Kitabullah
ketika ia menghadapi urusan duniawi. Ini dikarenakan demi menjaga keagungan
al-Quran dan kedudukannya dalam jiwa orang-orang mukmin.
Amsal ada tiga macam:
a. Amsal Musarrahah, ialah Amsal yang
didalammya dijelaskan dengan lafaz Masal atau sesuatu yang menunjukkan tasybih,
b. Amsal Kaminah, yaitu Amsal yang didalamnya
tidak disebutkan dengan lafaz tamsil (pemisalan),
c. Amsal Mursalah, yaitu Kalimat-kalimat bebas
yang tidak menggunakan lafaz tasybih secara jelas.
0 komentar:
Posting Komentar