ALLAH, SIFAT SERTA KARUNIANYA
Oleh: Ahmad Putra Dwitama
Rasa syukur yang tak henti-hentinya selalu
terucap dan mengalir dalam setiap detak jantung dan langkah kehidupan, terhadap
apa yang telah diberi oleh Sang Pencipta kepada makhlukNya. Rasa syukur yang
tak cukup diucap oleh kata-kata. Namun, butuh bukti konkrit dan aplikatif yang
nyata.
Siapa yang memberi semua ni'mat itu?
Bagaimana sebenarnya "Ia"? bagaimana sifat-sifatNya? Apa saja yang
diberiNya kepada makhluknya? Apakah sebatas jantung yang berdetak atau darah
yang mengalir?
Pertanyaan-pertanyaan inilah yang dijadikan
batu loncatan dalam merangkai kata, menulis esai singkat berikut.
1. Katakanlah:
"Dia-lah Allah, yang Maha Esa.
2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.
3. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,
4. dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."
Turunnya ayat diatas, diterangkan dalam kitab tafsir Ibnu Katsir, dalam
hadis riwayat Imam Ahmad dari sahabat Ubay bin Ka'ab, bahwa orang-orang musyrik
pernah bertanya kepasa Nabi tentang nasab Tuhannya, maka turunlah surat
al-Ikhlas ayat satu sampai empat yang menegaskan bahwa Allah subhanahu wata'ala
adalah Esa, tidak bernasab, tidak beranak dan diperanakan.[1]
Kata al-Ikhlas diartikan sebagai memurnikan keesaan Allah, menjelaskan
dengan tegas bahwa Allah Maha Esa, tempat bergantung, tidak beranak dan
diperanakan dan tidak ada yang setara denganNya.
Kata "qul" dengan bentuk fi'il amr (kata perintah) yang
berarti "katakanlah" bermakna kewajiban yang harus diyakini sebagai
umat Islam wajib yakin dan percaya bahwa Allah itu Esa. Begitulah yang berlaku
dalam kaidah ilmu Ushul Fiqh; "al-ashlu fil amri lilwujub, illa ma dalla
dalil 'ala khilafihi". Itulah Allah, tidak bernasab, Dia Esa. Ditegaskan
kembali dengan memakai kata "Ahad" yang bermakna "Maha
Esa", , tidak menggunakan kata "wahid", dengan alasan jika
menggunakan kata "wahid" maka akan ada "itsnani",
"tsalatsah", "arba'ah" dan seterusnya.
"Katakanlah bahwa Allah itu Esa". Dalam beberapa keterangan
sejarah diterangkan bahwa orang-orang jahiliah telah mengenal kata Allah,
senada dengan Quraish Shihab ketika menerangkan sebab turunnya surat ini, bahwa
orang-orang musyrik bertanya kepada Nabi, berkenaan tentang Allah yang mana yang
Nabi sembah, maka turunlah surat ini dengan membawa penjelasan bahwa Allah yang
Nabi sembah adalah Allah yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagiNya. Mentauhidkan
Allah merupakan hal yang urgen bagi tiap individu Muslim, konsekuensinya
apabila tidak mentauhidkan Allah, dalam arti apabila mensekutukanNya akan
dikenakan ancaman tidak diampuni dosanya.
48. Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia
mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang
dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia telah
berbuat dosa yang besar.
116. Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa
mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain
syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan
(sesuatu) dengan Allah, Maka Sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya.
Selanjutnya, "Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala
sesuatu." Dalam surat al-Fatihah disebutkan:
Tegasnya, Allah lah tempat dimana seorang Muslim memohon dan
menggantungkan harapan, bagai seorang anak kepada orangtuanya, kepada keduanya
seorang anak bergantung, karena keduanya telah melahirkannya, memberi nafkah,
fasilitas dan segala kebutuhan. Begitu pula kepada Allah yang telah
menciptakan. kedudukanNya sebagai Pencipta, memberikan konsekuensi bahwa Dia Maha
Kuasa atas apa yang diciptakan, segala kemudahan dan kesulitan hidup yang ada
adalah atas kehendakNya. Maka, saat seseorang Muslim terbelit suatu kesulitan,
keharusannya adalah menggantungkan diri dan memohon pertolongan hanya
kepadaNya. Sedangkan ahli medis atau yang lain hanyalah perantara, karena
secara logika, sangat tidak mungkin manusia berinteraksi secara langsung kepada
Penciptanya dikarenakan keagungan sifat-sifatNya yang tidak dapat dijangkau
panca indera manusia.
Selanjutnya, "Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan."
Umat Muslim berlindung dari apa yang telah dituduhkan orang-orang Nahsrani
bahwa Allah memiliki anak.
116. mereka (orang-orang kafir) berkata: "Allah mempunyai
anak". Maha suci Allah, bahkan apa yang ada di langit dan di bumi adalah
kepunyaan Allah; semua tunduk kepada-Nya.
Pada ayat terakhir, Allah menegaskan bahwa tidak ada yang setara
denganNya, tidak ada yang melebihi sifat-sifat terpujiNya, belas kasihNya,
kemaha pengampunannYa, Maha MengetahuiNya, Maha MelihatNya, tidak ada seorang
makhluk pun yang setara denganNya, apalagi sampai melebihiNya. Inilah sifat
muthlak yang harus dimiliki Allah sebagai Pencipta. Dapat dibayangkan bagaimana
jadinya jika Allah setara dengan makhlukNya, lalu dimana letak kedudukanNya
sebagai Pencipta, sebagai Tuhan? Maka, Allah tak ada satupun yang setara
denganNya.
Lebih lanjut mengenai penjelasan tentang Allah, dalam Alquran kembali
ditegaskan, bahwa Allah pencipta segala sesuatu termasuk langit dan bumi, Allah
pemberi perlindungan bagi manusia dan segenap makhlukNya yang lain, dan selain
Allah tidak ada yang dapat member manfaat dan mara bahaya.
16. Katakanlah:
"Siapakah Tuhan langit dan bumi?" Jawabnya: "Allah".
Katakanlah: "Maka Patutkah kamu mengambil pelindung-pelindungmu dari selain
Allah, Padahal mereka tidak menguasai kemanfaatan dan tidak (pula) kemudharatan
bagi diri mereka sendiri?". Katakanlah: "Adakah sama orang buta dan
yang dapat melihat, atau samakah gelap gulita dan terang benderang; Apakah
mereka menjadikan beberapa sekutu bagi Allah yang dapat menciptakan seperti
ciptaan-Nya sehingga kedua ciptaan itu serupa menurut pandangan mereka?"
Katakanlah: "Allah adalah Pencipta segala sesuatu dan Dia-lah Tuhan yang
Maha Esa lagi Maha Perkasa".
Dia lah Allah, Tuhan yang wajib disembah, bahkan nama "Allah"
sendiri terdapat dalam Alquran yang berarti bahwa nama ini murni dariNya. Allah
"memperkenalkan" diriNya bahwa Dialah Allah, Tuhan yang patut
disembah. Nama ini bukan buatan manusia atau hasil dari sebuah keputusan
bersama. Nama ini murni langsung dariNya. Allah berfirman:
14. Sesungguhnya aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain
Aku, Maka sembahlah aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat aku.
Tidak ada Tuhan yang hak berarti tidak ada yang dijadikan selainNya
sebagai sesembahan, pohon hanyalah tanaman biasa yang tidak bisa memberi
manfaat dan mara bahaya, matahari hanyalah satu dari ribuan benda langit yang
menyinari bumi, begitu juga bulan, bintang, lautan, danau, semua hanya sebagian
dari ciptaanNya, bukan sebagai tandingan bagi keMahaEsaanNya. Bahkan, dalam
menciptakan alam beserta isinya, Allah pun mengingatkan kita bahwa semua itu
diciptakan untuk kepentingan kita, manusia, dan kita harus mensyukuri dan
merawatnya.
15. Dialah yang
menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, Maka berjalanlah di segala penjurunya dan
makanlah sebahagian dari rezki-Nya. dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali
setelah) dibangkitkan.
29. Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang
ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu
dijadikan-Nya tujuh langit. dan Dia Maha mengetahui segala sesuatu.
Kedudukan orangtua yang merawat, mendidik dan memberi segala kebutuhan
kita, merupakan kewajiban bagi keduanya, demikian kehidupan dunia, ada malam
dan siang, ada hitam dan putih, ada kewajiban yang harus dikerjakan orangtua
juga ada hak orangtua yang harus diberikan anaknya; menghormati, berbakti,
patuh dan taat, serta memberikan yang terbaik bagi keduanya.
Demikian orangtua, begitu pula Allah subhanahu wata'ala yang
berkedudukan sebagai kholik. Dia memiliki kewajiban memberi apa yang makhlukNya
butuhkan;
15. Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, Maka berjalanlah di
segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezki-Nya. dan hanya
kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.
Dan juga memiliki hak dari makhluknya berupa beribadah kepadaNya;
21. Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan
orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa,
14. Sesungguhnya aku ini adalah Allah, tidak ada
Tuhan (yang hak) selain Aku, Maka sembahlah aku dan dirikanlah shalat untuk
mengingat aku.
Beribadah, itulah hak utama Allah yang harus dikerjakan makhluk.
Mengingat ini lah tujuan utama diciptakannya manusia:
56. dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku.
Beginilah hakikat dari penciptaan makhluk, untuk beribadah. Singkatnya,
semua perbuatan yang dilakukan makhluk (manusia) harus bernilai ibadah.
Pertanyaannya, apakah ibadah itu sekedar sholat,zakat, puasa dan haji saja?
Lalu, jika demikian, bagaimana dengan pekerjaan lainnya; makan, minum, mandi,
belajar, masak, belanja dan lain-lain. Jika ibadah sekedar sholat, zakat, puasa
dan haji, berarti pekerjaan manusia lainnya tidak bernilai ibadah? Ini yang
perlu dipahamkan kepada Muslim.
Semua pekerjaan yang seorang Muslim lakukan, dapat bernilai ibadah dan
berpahala disisiNya apabila niat kita melakukannya benar, hanya karena Allah
semata.
انما الاعمال بالنية وانما لكل امرئ ما نوي
"Sesungguhnya pekerjaan itu tergantung niat, dan seseorang
itu akan mendapat dari apa yang ia niatkan"
Artinya, seorang manusia belajar, jika
niatnya karena Allah dan mengharap keridhoanNya, maka bernilai ibadah, makan
karena Allah, supaya kuat untuk mengerjakan aktifitas dan kewajiban kepada
Allah lainnya, maka ibadah, begitu pula mandi, masak, mencuci dan lain
sebagainya.
Selain hak beribadah kepada Allah yang
harus dilakukan, Allah juga memiliki sifat-sifat nama-nama yang terpuji yang
harus kita yakini;
180. hanya milik Allah asmaa-ul husna[4],
Maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan
tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut)
nama-nama-Nya[5].
nanti mereka akan mendapat Balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.
Disebutkan dalam firmanNya bahwa Allah
adalah Pencipta:
16. Katakanlah:
"Siapakah Tuhan langit dan bumi?" Jawabnya: "Allah".
Katakanlah: "Maka Patutkah kamu mengambil pelindung-pelindungmu dari
selain Allah, Padahal mereka tidak menguasai kemanfaatan dan tidak (pula) kemudharatan
bagi diri mereka sendiri?". Katakanlah: "Adakah sama orang buta dan
yang dapat melihat, atau samakah gelap gulita dan terang benderang; Apakah
mereka menjadikan beberapa sekutu bagi Allah yang dapat menciptakan seperti
ciptaan-Nya sehingga kedua ciptaan itu serupa menurut pandangan mereka?"
Katakanlah: "Allah adalah Pencipta segala sesuatu dan Dia-lah Tuhan yang
Maha Esa lagi Maha Perkasa".
21. Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan
orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa.
Sebagai seorang Muslim, diwajibkan
untuk beriman kepada semua
namaNya yang ada 99 dan kepada semua sifat terpujiNya. Dengan beriman
kepada sifatNya yang Maha Mengetahui, maka akan membuat manusia berfikir
berulang-kali jika ingin melakukan pekerjaan dosa. Bagaimana ingin melakukan
perbuatan dosa jika Allah mengetahui? Itulah tujuan utama mengimani
sifat-sifatNya.
Telah disebut di atas, bahwa Allah sebagai Pencipta, memberikan dan
memenuhi segala kebutuhan yang dibutuhkan untuk hidup makhlukNya di dunia.
Inilah yang dimaksud dengan karunia Allah. Pemberian dari sang Kholik kepada
makhluk untuk dapat bertahan hidup. Betapa banyak karunia yang Allah beri,
bahkan ditegaskan dalam Alquran bahwa manusia tidak akan dapat menghitungnya;
وان تعدوا نعمة الله لا تحصواها
"jika kalian mengkalkulasikan ni'mat Allah, kalian tidak
akan dapat menghitungnya."
Bahkan, walaupun kita menggunakan laut
sebagai tinta, tidak akan cukup untuk menulis karunia-karunia yang Allah beri
kepada kita;
109. Katakanlah: Sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis)
kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis)
kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu
(pula)".
Sebagai contoh karunia, Allah memberikan rizki dan segala yang ada di
bumi kepada semua makhlukNya;
29. Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang
ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu
dijadikan-Nya tujuh langit. dan Dia Maha mengetahui segala sesuatu.
Dan Allah memberi kemudahan dalam mengeksploitasinya;
15. Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, Maka berjalanlah di
segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezki-Nya. dan hanya
kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan
20. tidakkah kamu perhatikan Sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk
(kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan
untukmu nikmat-Nya lahir dan batin. dan di antara manusia ada yang membantah
tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa kitab
yang memberi penerangan.
Dia telah menetapkan kadar karunia bagi makhlukNya;
3. dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. dan
Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan
(keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya.
Sesungguhnya Allah telah Mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.
Dan karunia-karunia lainnya yang tidak mungkin bisa ditulis semua.
Namun, yang terpenting adalah karunia iman dan islam, inilah sebaik-baik
karunia yang Allah beri kepada sebagian makhlukNya. Tak luput dari kekwajiban,
kita patut bersyukur atas segala limpahan ni'mat yang Allah berikan;
7. dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya
jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".
Mengenal Allah, itulah inti dari uraian singkat ini. Sebagai umat Islam
yang bertuhankan Allah subhanahu wata'ala, sudah selayaknya kenal dan dekat
kepada Pencipta. Dari ketauhidan Allah yang tidak beranak dan diperanakan,
kemudian mengetahui sifat-sifat terpujiNya dan meneladaninya disetiap perilaku
sehari-hari, kemudian mensyukuri karunia yang diberi, dari hal yang terkecil
sampai karunia yang paling besar; karunia iman dan islam.
[2] Na'budu diambil dari kata 'ibaadat: kepatuhan dan ketundukkan yang
ditimbulkan oleh perasaan terhadap kebesaran Allah, sebagai Tuhan yang
disembah, karena berkeyakinan bahwa Allah mempunyai kekuasaan yang mutlak terhadapnya.
[3] Nasta'iin (minta pertolongan), terambil dari kata isti'aanah:
mengharapkan bantuan untuk dapat menyelesaikan suatu pekerjaan yang tidak
sanggup dikerjakan dengan tenaga sendiri.
[5] Maksudnya: janganlah dihiraukan orang-orang yang menyembah Allah dengan
Nama-nama yang tidak sesuai dengan sifat-sifat dan keagungan Allah, atau dengan
memakai asmaa-ul husna, tetapi dengan maksud menodai nama Allah atau
mempergunakan asmaa-ul husna untuk Nama-nama selain Allah.
0 komentar:
Posting Komentar