Pasca turunnya kitab suci Alquran, terbukti bahwa
kitab suci ini begitu kaya akan pengetahuan, baik itu pengetahuan ruhaniah
ataupun sampai pada pengetahuan yang bersifat saintis yang baru dapat terlihat
faktanya di abad modern ini.
Sebagai kitab suci, Alquran merupakan pedoman bagi
umat manusia secara keseluruhan, pedoman untuk menjalani kehidupan dunia yang
pada beberapa ayat Alquran sendiri disebut dengan illa mata'ul ghurur,
mata'un wa la'bun (kesenangan yang menipu, kesenangan dan permainan belaka)
dan sebagainya. Maka semua umat Islam khususnya harus membaca, mengkaji,
memahami, dan mengaplikasikan ajaran-ajaran Alquran dalam setiap lini
kehidupan.
Sebagai makhluk Allah, manusia diciptakan dengan
berbagai kelebihan dan kekurangan. Baik itu dibandingkan dengan makhluk lain
–tumbuhan dan hewan- maupun dengan sesama manusia sendiri. Sesama manusia; ada
yang diciptakan dan diberi kemampuan dalam bidang ilmu geologi namun tidak
begitu paham dengan ilmu sosial, ada yang ahli dalam bidang arsitektur namun
kurang dalam bidang pengolahan limbah rumah tangga, dan sebagainya. Maka
manusia mutlak tidak dapat hidup tanpa berinteraksi kepada sesama. Manusia
adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan, saling bekerja sama, saling
membantu, dan saling bergotong-royong untuk mengemban amanah sebagai khalifah
di muka bumi.
Dalam fungsinya sebagai pedoman bagi manusia, Alquran
pun tidak absen dalam memberikan rambu-rambu dan petunjuknya bagi manusia dalam
berkehidupan yang sosial. Terdapat beberapa ayat yang membicarakan masalah
sosial. Di sinilah penulis memandang perlu untuk mengungkapkan ayat-ayat sosial
dalam Alquran, dan memandang penting bagi pembaca untuk memahami dan menjadikan
Alquran sebagai pedoman dalam berkehidupan yang sosial.
Ajaran agama yang dikenal oleh umat Islam berdasarkan
kitab suci Alquran secara eksplisit memberikan keterangan bahwa manusia
diciptakan dengan beban amanah, amanah untuk beribadah kepada Allah maupun
amanah sebagai khalifah.
"Dan tidaklah Aku ciptakan Jin dan Manusia
kecuali untuk beribadah kepadaKu"
"Dan ingatlah tak kala Tuhanmu berkata kepada
para malaikat, 'sesungguhnya Aku akan menciptakan khalifah di muka bumi."
Amanah spiritual untuk selalu beribadah dan mengingat
Allah menjadi kekuatan batin dan pengingat bahwa kehidupan dunia tidak boleh
dilewati dengan hal-hal yang tidak ada sangkut-pautnya terhadap Allah. Segala
tingkah laku harus diniatkan dengan benar lillahi ta'ala, sehingga tidak
ada pekerjaan yang kosong akan nilai spiritual ibadah.
من حسن اسلام المرء تركه ما لا يعنيه (حديث حسن رواه الترمذي وغيره هكذا)
"Di antara
(tanda) kebaikan keislaman seseorang adalah ia meninggalkan perkara yang tak
berguna baginya." (Hadis hasan riwayat Tirmizi dan lainnya)
Amanah sebagai manager, khalifah di muka bumi
mengingatkan bahwa pada semua pribadi memiliki beban untuk bertanggung jawab
terhadap kondisi kehidupan. Baik itu tanggung jawab secara personal ataupun
tanggung jawab sebagai seorang pemimpin dengan bawahannya.
كلكم راع وكلكم مسؤل عن رعيته
"Setiap kalian
adalah pemimpin, dan bertanggung jawab terhadap yang dipimpin."
Korelasi rasa antara amanah spiritual dan amanah
menegerial akan memberi jaminan terhadap keberlangsungan kehidupan yang baik
sesuai dengan keinginan Sang Pencipta. Akhirnya, tenang jiwa ketika memberikan
pertanggungjawabannya di hadapanNya kelak.
"Dan (pada hari
itu) kamu Lihat tiap-tiap umat berlutut. tiap-tiap umat dipanggil untuk
(melihat) buku catatan amalnya. pada hari itu kamu diberi Balasan terhadap apa
yang telah kamu kerjakan." (Q.S. Al-Jatsiyah: 28)
"Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling
mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. (Q.S. Al-Hujurat: 13)
Sangat penting untuk diingat oleh setiap manusia bahwa
Allah menciptakan manusia lain selain dirinya di bumi ini. Sangsinya, tidak
dibenarkan adanya sifat egois, sifat apatis, individualis, feodalistis,
merusak, dan semua sifat merugikan manusia lainnya. Berbagai macam bentuk fisik
dan psikis Allah ciptakan bukan untuk tujuan perbedaan yang berujung kontak
fisik bahkan kematian, berbagai macam bentuk itu adalah sebuah keindahan hidup,
keindahan untuk saling mengenali, keindahan untuk saling menghargai, keindahan
untuk saling toleransi. Karena sejatinya bentuk fisik hanyalah kamuflase dari
bentuk batin yang bertaqwa atau berdosa.
ان الله لاينظر الي صوركم واموالكم ولكن ينظر الي قلوبكم واعمالكم (مسلم)
"Sesungguhnya
Allah tidak melihat bagaimana bentuk fisik dan harta kalian, tetapi Allah
melihat bagaimana hati dan amal perbuatan kalian." (H.R. Muslim)
Telah disinggung sebelumnya bahwa manusia diciptakan
dengan membawa beban amanah; amanah individu maupun amanah kepemimpinan. Secara
garis besar amanah tersebut diistilahkan dengan bahasa amar ma'ruf nahi
munkar, menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran. Keumuman pemegang
tanggung jawab amar ma'ruf nahi munkar ini juga telah diajarkan melalui
lisan pembawa risalah Ilahiah Rasulullah Saw:
من رأي منكم منكرا فليغيره بيده, فان لم يستطع فبلسانه, فان لم يستطع
فبقلبه, وذلك اضعف الايمان (رواه مسلم)
"Barang siapa di
antara kalian melihat kemunkaran hendaklah ia merubah dengan tangannya, bila
tidak mampu maka dengan lisannya, dan kalau tidak mampu maka dengan hatinya.
Yang demikian itu adalah selemah-lemah iman." (H.R. Muslim)
Apa lagi jika jelas posisi seseorang itu sebagai
seorang pemimpin, maka tanggung jawab sosial yang diamanahkan kepadanya tentu
tidak boleh dilalaikan. Pelalaian terhadap tanggung jawab akan keberlangsungan
hidup rakyat tentu berakibat hilangnya "keindahan" bahkan
mendatangkan murka Allah:
"Dan peliharalah
dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja
di antara kamu. dan ketahuilah bahwa Allah Amat keras siksaan-Nya." (Q.S.
Al-Anfal: 25)
Walaupun secara lahiriah dan batinian kepribadian
seorang pemegang tanggung jawab itu baik, namun bersikap apatis terhadap
kerusakan-kerusakan yang ada di sekitarnya, maka sangat tidak mustahil dia pun
akan mendapat dampak sebagai buah dari pembiaran dan sifat apatisnya.
Sangsi sosial tidak hanya pada pemegang tanggung
jawab, karna pada hakikatnya semua adalah pemegang tanggung jawab, setiap
perilaku tidak bertanggung jawab tentu ada dampak bagi si pelaku bahkan menimpa
pula orang yang tidak tahu apa-apa.
"Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu
mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah
Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka
merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah
menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat
menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia."
(Q.S. Ar-Ra'd: 11)
Pelajaran yang ingin penulis ungkapkan dari ayat
tersebut adalah; jika suatu kaum ingin menjadi kaum yang lebih baik, lebih
maju, bermartabat, dan memiliki harga diri, maka hanya dengan tangan-tangan
merekalah semua itu dapat terwujud, Allah hanya menetapkan namun yang
mengeksekusi adalah kaum itu sendiri. Sebaliknya, tangan-tangan yang kuat dari
suatu kaum manapun untuk mencegah keburukan, apabila itu telah menjadi kehendak
Allah, maka tidak ada yang dapat menolaknya.
Tentu tidak ada akibat tanpa adanya sebab. Sebab
keburukan sudah pasti adanya keingkaran, ingkar mengemban tanggung jawab
spiritual dan tanggung jawab menegerial. Di sinilah letak tanggung jawab sosial
tiap pribadi untuk saling amar ma'ruf nahi munkar sebagai vaksin dari
kemungkaran.
"Serulah
(manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan
bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui
orang-orang yang mendapat petunjuk." (Q.S. An-Nahl: 125)
Keterlanjuran perbuatan mungkar tentu menyisakan
kemungkinan sebuah perubahan untuk bangkit dan menjadi lebih baik, karena Allah
dengan kasih sayangNya terkadang memberi kesempatan untuk itu.
"Dan Tuhanmulah yang Maha Pengampun, lagi
mempunyai rahmat. jika Dia mengazab mereka karena perbuatan mereka, tentu Dia
akan menyegerakan azab bagi mereka. tetapi bagi mereka ada waktu yang tertentu
(untuk mendapat azab) yang mereka sekali-kali tidak akan menemukan tempat
berlindung dari padanya." (Q.S. Al-Kahfi: 58)
0 komentar:
Posting Komentar