Oleh: Ahmad Putra Dwitama
Konsep dasar ilmu pengetahuan menurut pandangan
Alquran dapat dipahami dari lima ayat pertama yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad Saw.
"Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang
Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan
Tuhanmulah yang Maha pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam.
Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya."
Dari ayat di atas diketahui bahwa ilmu pengetahuan
dapat diperoleh melalui dua jalan; Allah mengajarkan dengan pena (apa yang
telah diketahui manusia sebelumnya), dan mengajarkan manusia tanpa pena (apa
yang belum diketahui manusia) atau yang biasa disebut dengan ilmu kasb atau
laduni.
Selain jalan diperolehnya ilmu pengetahuan, secara eksplisit
ayat di atas diawali dengan perintah iqra' (bacalah). Maksudnya, untuk
mendapatkan ilmu pengetahuan ada syarat yang harus terlebih dahulu dikerjakan,
yaitu membaca. Membaca dalam arti luas tidak hanya membaca teks tertulis di
atas kertas atau batu saja, hal ini juga diperkuat dengan riwayat perintah
malaikat Jibril kepada nabi. Nabi diperintahkan untuk membaca tanpa ada tulisan
yang ditunjukkan oleh malaikat Jibril. Maka iqra' di sini berarti luas;
membaca teks tertulis secara khusus dan membaca kehidupan secara umum. Dengan
pekerjaan membaca lah ilmu pengetahuan akhirnya dapat diraih oleh manusia. Baik
itu melalui qalam atau langsung dari Allah.
Begitu pentingnya ilmu pengetahuan bagi manusia
sebagai khalifah di bumi. Tanpa memiliki ilmu pengetahuan tentu amanah
tersebut tidak akan terlaksana dengan baik. Keadilan tidak akan bisa terlaksana
tanpa adanya manusia-manusia berilmu. Karena dengan ilmu manusia mampu me-manage
alam sesuai dengan kehendak Sang Pencipta;
"Allah menyatakan
bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), yang
menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga
menyatakan yang demikian itu). tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak
disembah), yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (Q.S. Ali Imran:18)
Peranan yang demikian penting, ilmu pengetahuan
membawa pemiliknya kepada derajat mulia. Orang yang berilmu akan jelas berbeda
dengan orang yang tidak berilmu. Baik dalam tutur kata, tingkah laku, dan
sebagainya.
"(apakah kamu Hai
orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu
malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan
rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui
dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang
berakallah yang dapat menerima pelajaran." (Q.S. Az-Zumar: 9)
Imam Syafi'i, tentang derajat mulia seorang yang
berilmu pengetahuan, dipujinya dalam bait syair berikut:
العالم كبير وان كان حادثا # والجاهل صغير وان كان شيخا
"Seorang yang
berilmu derajatnya mulia walau berumur muda # Seorang yang bodoh derajatnya
hina walau berumur tua."
Hal yang tidak boleh dilupakan dalam konsep ilmu pengetahuan
menurut Alquran adalah bahwa seorang penuntut ilmu diharuskan untuk beriman
kepada Allah SWT. Artinya beriman dan berilmu pengetahuan harus saling
besinergi dalam diri setiap manusia. Iman yang bersih akan menjadi pembimbing
ilmu yang dimiliki. Kemana dan untuk apa ilmu pengetahuan digunakan, apakah
untuk kemaslahatan manusia atau kehancuran.
"Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan
kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah
niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan:
"Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan
orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan." (Q.S. Al-Mujadalah: 11)
Kalimat Allah akan meninggikan orang-orang beriman
di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.
Allah mendahulukan beriman dari kalimat berilmu pengetahuan. Kemutlakkan untuk
beriman menjadi sangat penting agar ilmu pengetahuan dapat direalisasikan untuk
kepentingan-kepentingan yang mengandung maslahat bagi seluruh alam.
Setidaknya ada beberapa alat pada diri manusia yang
telah diberikan Allah untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Pasca kelahirannya di
muka bumi dengan kondisi tidak tahu apapun, manusia disiapkan dengan alat
pendengaran, penglihatan, dan hati.
"Dan Allah
mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui sesuatupun,
dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu
bersyukur." (Q.S. An-Nahl: 78)
Dengan tiga alat inilah manusia dapat menangkap ilmu
pengetahuan dan mengimplementasikannya di jalan yang benar. Bahkan Allah secara
eksplisit mencela orang yang tidak menggunakan tiga alat ini.
"Dan Sesungguhnya
Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia,
mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat
Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat
(tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak
dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang
ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang
lalai." (Q.S. Al-A'raf: 179)
0 komentar:
Posting Komentar