30/05/15
24/05/15
Manhaj (Metode) Al-Imam Al-Tirmizi Dalam Penulisan Jami' Al-Tirmizi
oleh: Ahmad Putra Dwitama
Penggunaan Istilah Hadis Hasan
Sunan al-Tirmizi yang terkenal juga dengan al-Jami' al-Shahih itu
adalah sumber hadis hasan,[1]
tetapi apabila diteliti dengan mendalam mengandung hadis-hadis yang shahih,
sebagian menurut syarat Abu Daud dan al-Nasa'i. di samping itu sebagian
hadis-hadisnya diikuti dengan penjelasan mengenai cacat hadis apabila ada.
Menurut al-Imam al-Tirmizi bahwa hadis-hadis yang ditulis dalam kitabnya,
adalah yang telah diamalkan oleh fuqaha', sebagaimana telah dikatakan:[2]
"Saya tidak akan menulis dalam kitab saya ini (Sunan al-Tirmizi)
suatu hadis kecuali yang telah diamalkan sebagian ahli fiqih."[3]
Kitab al-Tirmizi adalah sumber dari pengetahuan hadis hasan,[4]
dan membuat hadis hasan menjadi popular, karena banyak disebutkan di dalam
kitab itu.[5]
Para ulama berbeda pendapat mengenai hadis hasan itu, termasuk guru-guru maupun
murid-murid al-Tirmizi, karena al-Tirmizi tidak memberi ta'rif yang
pasti. Para ulama menjadi lebih bingung lagi dengan penyebutan al-Tirmizi;
hadis hasan shahih, hasan gharib, hasan shahih gharib, dan shahih gharib.
Al-Imam Al-Tirmizi; Riwayat dan Penilaian Ulama
oleh: Ahmad Putra Dwitama
Nama dan Tempat Lahir
Al-Imam al-Tirmizi nama lengkapnya ialah Abu Isa Muhammad ibn Isa ibn
Tsawrah ibn Musa ibn al-Dhahak al-Sulami al-Bughi al-Tirmizi. Ahmad Muhammad
Syakir menambah dengan sebutan al-Dharir, karena ia mengalami kebutaan di masa
tuanya. Al-Sulami dibangsakan dengan Bani Sulaym, dari Qabilah Aylan, sedangkan
al-Bughi adalah nama desa tempat al-Imam wafat, yakni di Bugh dan dimakamkan
juga di sana.[1]
Amrani Muhimmani
oleh: Ahmad Putra Dwitama
Merupakan
pengetahuan yang sudah umum bahwa sebagai umat Islam diharuskan untuk selalu
berpegang teguh pada Alquran dan hadis. Dua pusaka yang mutlak harus selalu
dijadikan pedoman dalam mengarungi samudera kehidupan yang penuh misteri. Tidak
ada yang dapat memastikan apa yang akan terjadi di masa depan dengan beragam
permasalahan kehidupan. Kehidupan layaknya sepenuhnya malam yang gelap tanpa
penerang. Penuh tipu daya dan permainan. Di sinilah posisi urgen Alquran dan
hadis, sebagai obor penerang perjalanan hidup umat Islam agar tidak tertipu
dengan glamornya kehidupan.
Langganan:
Postingan (Atom)